Kupang, NTT – Mitrapolri.com
Gubernur NTT, Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, SH., MM berterimakasih kepada semua Bupati, Kadis, Camat, Kepala Desa dan semua masyarakat yang mendukung program pemerintah. Hal ini disampaikan saat memberi sambutan setelah penanaman pohon Lamtoro Teramba di Besipae, Kamis (27/10/2022).
Ia juga mengajak Bupati TTS bersama rakyat TTS belajar dari Kabupaten Sumba Barat Daya yang telah memanen 36.000 hektare jagung. Mereka sekarang bergerak untuk tanam jagung 50.000 hektare. APBD dialokasikan sedemikian rupa sehingga jangan uang habis hanya untuk rapat. Uang habis hanya karena rapat lalu tidak menghasilkan sesuatu.
“Saya minta untuk kita mulai melakukan langkah-langkah hebat. Perjalanan kita masih jauh, dan kita harus bisa mengantar anak-anak kita menatap masa depan mereka. Tidak ada pilihan lain. Karena itu semua yang menyatakan diri sebagai Pemerintah baik dari Provinsi sampai ke tingkat Desa, mari kerja sungguh-sungguh dan terfokus pada pangan dan energi,” ucap VBL.
Gubernur NTT memerintahkan Bupati TTS, Egusem Pieter Tahun untuk bersikap tegas terhadap penghalang kerja Pemprov NTT maupun Pemkab TTS di Besipae. Ia menegaskan bahwa kerja Pemprov dan Pemkab TTS bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk masyarakat Timor dan juga TTS.
“Bupati TTS harus bertindak agak berani supaya menghadapi penghalang kerja pemerintah di Besipae. Lawan para penghalang itu, sebab tidak ada orang yang karena kerja untuk masyarakat Pulau Timor lalu dihilangkan dari dunia,” tegas Gubernur NTT.
Dunia sedang menuju situasi yang tidak baik, dimana 60 negara telah menyatakan diri bangkrut. Indonesia, dibawah pemerintahan bapak Presiden Joko Widodo masih diijinkan Tuhan untuk bertahan dengan pertumbuhan masih baik. Tetapi jika kita tidak merespon dan menindaklanjuti semangat dari pemimpin negara kita, tidak mau bekerja secara luarbiasa, cenderung membuat segala macam drama-drama kehidupan, membuat diri seolah-olah ada penderitaan yang luarbiasa, dan tidak mau berkembang, tidak mau bangkit, tidak mau bertumbuh, tidak mau kolaborasi, tidak mau kerjasama, maka saya pastikan kita akan masuk ke dalam penderitaan yang luarbiasa.
“Jangan nanti bikin video minta tolong karena susah padahal rumahnya rumah tembok, rumahnya yang lain dia tidak mengaku, rumah yang sudah dibongkar dia pergi mengaku. Berhenti sudah, di pulau Timor ini mari kita kerja bersama. Siapapun yang mau kerja pasti bersama dengan pemerintah dan siapa yang berpura-pura dan ingin menghambat Pemerintah, nah berhadapan dengan saya,” kecam sang Gubernur.
Lebih lanjut Gubernur NTT mencontohkan Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), dalam upaya mereka tanam menuju 50 ribu hektar.
Viktor Laiskodat mengingatkan seluruh stakeholder agar laporan disampaikan hanya diatas kertas saja namun jagung tidak ada.
Gubernur merincikan target dengan memastikan jagung itu ada dengan membuat video dan tunjukkan hasil kerja minimal 1 hektar dipanen 5 ton, dengan harga Rp 4.000/kg, total sudah Rp. 20 juta, walaupun benih yang disiapkan itu hasilnya minimal 7 ton/hektar, Duapuluh juta rupiah dikembalikan ke bank Rp. 6 juta, sudah dapat Rp.14 juta, dalam waktu 100 hari dan jika tanam 2 kali dalam 100 hari sudah mampu membawanya keluar dari kondisi miskin.
- BACA JUGA : Rasta Sewakotama, POLRI Adalah Abdi Utama Kepada Nusa dan Bangsa
- BACA JUGA : Jaga Kamtibmas, Sat Samapta Polres Bangka Barat Laksanakan Patroli Siang Hari
- BACA JUGA : ‘Jetaa’ Diduga Bandar Narkoba di Kecamatan Tanah Jawa Masih Bebas Berkeliaran
Sekali lagi, tidak bisa pemerintah itu kerja kalau tidak lihat hasil. Sebagai Gubernur, saya turun langsung melihat mereka tanam atau tidak. Sudah tanampun pastikan tumbuh atau tidak, karena ada yang tanam tapi tidak panen. Pulau Timor harus berbangga karena tidak ada belalang yang makan tanaman seperti di Sumba. Di Sumba mereka berhadapan dengan belalang tapi mereka bisa panen 36 ribu hektar. Dan komitmen mereka sekarang menuju 100 ribu hektar. Kalau 100 ribu hektar, let’s say, hasil 5 ton/hektar, maka kita bicara tentang 2 trilyun rupiah akan ada di masyarakat. Itu yang namanya kerja. Dan ini bukan baru dibicarakan, sekarang dimana-mana masyarakat gencar menanam jagung.
“Tetapi kita tidak, kita ingin tetap hidup dalam penderitaan dan mempromosikan penderitaan itu supaya orang kasihan dengan kita. Karena itu saya sampaikan sekali lagi bahwa tujuan Pemerintah dimanapun berada untuk mensejahterakan rakyatnya. Di Timor akan ada Free Trade Zone di Oekusi dan Wini. Kota besar akan lahir disana, ini desain Pemerintah Pusat, antara Bapak Presiden RI Jokowi dan Presiden RD Timor Leste Bapak Ramos Horta. Jadi pulau Timor sedang menuju ke titik dan kondisi yang sangat luarbiasa. Tapi kalau kita tidak mau kerja, ya tidak bisa. Nanti orang lain yang datang kerja baru mulai marah-marah, bilang kenapa mereka yang datang kerja, kami hanya menonton saja? Dulu dikasi belajar untuk kerja, bikin drama terus. Drama itu baik kalau di RCTI dan stasiun TV lain karena dapat duit. Drama di tempat menderita begini, maka akan terus menderita,” kata Gubernur NTT.
Kehadiran Gubernur untuk menyampaikan kepada semua pihak, agar bekerjasama supaya keluar dari kondisi sulit. kedatangan Gubernur NTT di Besipae bukan untuk kebanggaan menjadi seorang Gubernur. Namun ia mau bekerja keras untuk kemajuan NTT.
“Kalian lihat kemanapun saya pergi jarang saya pakai tanda kehormatan seorang Gubernur, karena bagi saya jabatan ini bukan kehormatan saya, tapi saya ingin masyarakat keluar dari kesulitabnya, itu kehormatan saya. Jadi kalau ada yang mau drama, dramalah terus sampai bertobat. Kalau ingin berpartisipasi, mari kita bekerja berkolaborasi bersama untuk bangkit bersama,” jelas mantan Anggota DPR RI itu.
Ia kembali menjelaskan bahwa tidak sedikitpun maksud untuk merampas harta kekayaan manusia lain atau merampas tempat masyarakat. Namun ia hadir di Besipae, guna membangun masyarakat pulau Timor, khususnya masyarakat Timor Tengah Selatan.
“Jangankan manusia, Tuhanpun tidak suka manusia yang drama dalam penderitaannya. Karena itu sebagai Gubernur, saya mengajak kita semua untuk bekerja sungguh-sungguh. Tidak ada pilihan lain, kita harus bekerja mati-matian. Saya terlahir dari tempat sulit, karena itu saya paham betul,” jelasnya.
Dirinya meminta agar mental anak-anak kecil itu tidak dirusak untuk kepentingan pribadi dan golongan.
“Jangan pura-pura susah, mendorong dan mengeksploitasi anak-anak kecil, merusak mentalitas anak-anak itu, membuat anak-anak itu tumbuh nantinya kedepan tidak dapat mempertanggungjawabkan diri mereka. Firman Tuhan dalam Lukas 17:2 mengatakan, “Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini.” Celakalah manusia yang mengeksploitasi anak-anak seperti itu,” tutup VBL.
(MEYDI SIMON LEGIFANI)