Medan, Sumut – Mitrapolri.com
Polda Sumut melalui Dit Narkoba Polda berhasil menyelamatkan 1.387.348 jiwa manusia dengan berhasil diamankannya pil ekstasi 9.932 butir, sabu-sabu 47,75 kg dan ganja sebanyak 295 kg, dengan nilai mencapai Rp 345 milyar lebih.
Hal tersebut disampaikan Dir Narkoba Polda Sumut Kombes Yemi Mandagi pada paparan di Mapolda Sumut, Rabu (16/8/2023).
“Dari hasil pengungkapan itu dapat menyelamatkan jiwa manusia sebanyak 1.387.348 orang dengan asumsi 1 gram sabu untuk 4 orang, 1 gram ganja untuk 4 orang dan 1 butir Pill ekstasi untuk 1 orang,” ujarnya.
Disebutkannya, barang bukti tersebut disita dari 23 tersangka dalam 19 laporan polisi terhitung sejak 10 Juni hingga 10 Agustus atau selama 60 hari.
Ia juga menyebut para tersangka ini terlibat jaringan narkoba internasional (Malaysia-Indonesia).
“Sabu-sabu ada yang dibawa dari Malaysia lalu dijemput di tengah laut Asahan dan Tanjung Balai lalu dibawa ke Medan dan ada juga dari Aceh ke Medan. Barang bukti sabu-sabu dan ekstasi itu juga ada yang akan dikirim dari Medan ke Sumatera Selatan,” ucapnya.
- BACA JUGA : Jelang Hari Kemerdekaan RI, Sat Binmas Kunjungi SMK Negeri 9 Medan dan SMK Swasta Raksana
- BACA JUGA : Polwan Polres Purbalingga Gelar Bakti Sosial dan Bakti Kesehatan
- BACA JUGA : Kapolres Toba Hadiri Rapat Paripurna DPRD Mendengar Pidato Kenegaraan Presiden
Yemi menjelaskan, dalam menjalankan aksinya sabu-sabu diantar dari Malaysia kemudian dijemput di tengah laut dan keluar dari jalan-jalan kecil pinggiran pantai di kawasan Kabupaten Asahan, Batubara dan Tanjung Balai.
“Pengungkapan jaringan narkoba Internasional ini merupakan bukti keseriusan Polda Sumut dalam memberantas segala bentuk penyalahgunaan narkoba, sebagaimana salah satu program pak Kapoldasu bahwa narkotika musuh bersama,” tandasnya.
Selanjutnya Yemi mengatakan masih terus memburu pemasok dari Malaysia.
“Kita masih selidiki apakah orang Malaysia atau orang Indonesia yang mengantar sabu-sabu ke tengah laut, dan yang pasti yang menjemput narkoba ke tengah laut perairan Asahan, Batubara dan Tanjung Balai adalah orang Indonesia,” tuturnya.
Ia menyebut, adapun hambatan yang dialami penyidik dalam mengungkap jaringan narkoba ke Malaysia sering terputus karena menggunakan data-data palsu, handphone tidak aktif.
“Kendala yang kita hadapi karena jaringannya terputus, kemudian menggunakan data-data palsu dan handphonenya mati,” pungkasnya.
(T77)