Aceh Utara, Aceh – Mitrapolri.com
Kerap terjadi banjir yang menerjang sejumlah kawasan di Kabupaten Aceh Utara bahkan berimbas ke Kabupaten Aceh Timur, Banjir yang menerjang beberapa tahun terakhir semakin parah dan meluas, penyebabnya diduga akibat dampak pembangunan bendungan/waduk Keureutoe. Rabu (12/10/2022)
Masyarakat menilai setiap tahun semakin parah terjadinya banjir hal itu berbanding terbalik terhadap salah satu tujuan pembangunan mega proyek nasional untuk mengatasi banjir sebagaimana di sampaikan Kementrian PUPR.
Diketahui, Proyek Bendungan/waduk Keureutoe merupakan Program Strategis Nasional(PSN) presiden Jokowi Dodo yang dibangun sejak tahun 2015 dengan biaya APBN sebesar Rp 2,68 triliun.
Proyek tersebut dilaksanakan secara bertahap melalui empat paket. Melalui kontraktor, PT. Brantas Abipraya (Persero)-PT. Pelita Nusa Perkasa (KSO) untuk paket 1, PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk untuk paket 2, PT. Hutama Karya-Perapen untuk paket 3, dan Abipura– Indra – Nusa, KSO untuk Paket Penyelesaian.
Azhar Ketua Gerakan Rakyat Aceh Membangun (GRAM) tuding kerap terjadi banjir beberapa tahun terakhir di sejumlah kawasan di Aceh Utara seperti Kecamatan Matang Kuli, Pirak Timue, Lhoksukon dan sumber petaka berasal dari proyek Bendungan waduk Keureutoe yang berada di Kecamatan Paya Bakong Aceh Utara.
“Sejak di bangun bendungan, masyarakat sangat menderita harus menghadapi banjir setahun 2 kali, padahal sebelum adanya proyek tersebut kawasan ini jarang terjadi banjir, ini semakin parah dan meluas tuding aktivis muda yang berdomisili di Matang Kuli. kepada media ini Selasa. (11/10)
Menurut Azhar, di Aceh Utara sering terjadi banjir pasca di bangun waduk keureuto, hal itu berbanding terbalik dari esensi pembangunan waduk untuk mengatasi banjir sebagaimana di sampaikan Menteri PUPR.
“Padahal salah satu tujuan di bangun waduk adalah untuk mencegah banjir, tapi kenyataan nya setelah ada waduk tersebut menjadi sumber bencana bagi masyarakat,” cetus nya.
Kejadian ini diduga karena tidak jelas nya mulai dari proses perencanaan maupun dalam tahapan pelaksanan. Bahkan Azhar menyebutkan proyek tersebut banyak berselemak masalah, seperti sengketa lahan
Terjadi nya sengketa lahan, di sinyalir dipicu oleh oknum-oknum mafia yang berlindung di bawah ketiak penguasa untuk cari keuntungan pribadi, sebutnya.
Ia juga menegaskan, Pemerintah pusat dan daerah harus bertanggung jawab atas apa yang di rasakan penderitaan oleh masyarakat, terjadi nya kerugian harta benda karena terendam banjir.
- BACA JUGA : Pembukaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-115 Tahun Anggaran 2022 di Cahya Bumi
- BACA JUGA : Ditlantas Polda Sulsel Berlakukan TNKB Dasar Putih Tulisan Hitam Untuk Kendaraan Baru
- BACA JUGA : Sat Lantas Polres Bangka Melaksanakan Kegiatan Coffee Morning, Koordinasi dan Kampanye Keselamatan Berlalulintas
“Setiap banjir masyarakat harus mengungsi, cukup banyak kerugian harta benda, hasil pertanian hampir panen dan korban lain nya, Pemerintah jangan hanya sekedar membawa beras, telur dan mie instan, tapi menyangkut kompensasi kerugian masyarakat Pemerintah tidak pernah di pikirkan”, tegas Azhar.
Untuk percepatan dan penyelesaian masalah, Azhar minta turun tangan langsung Presiden Jokowi.
“Kita mendukung setiap program Pemerintah yang pro rakyat, apalagi proyek bendungan/waduk keureuto untuk sumber air pertanian dan energi, akan tetapi dalam perencanaan dan pelaksanan tidak berdampak kerugian terhadap rakyat”, tutup Azhar.
Sebelum nya di kutip dari laman Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat(PUPR) pada 22 Mei 2022 Menteri PUPR Basuki Hadimoeldjono mengatakan bahwa sungai Krueng Keureuto di Kabupaten Aceh Utara adalah penyebab utama terjadinya banjir pada Kota Lhoksukon dan sekitarnya.
“Sungai Krueng Keureuto tergolong dalam tipe cabang kipas dengan beberapa anak sungai. Terdapat 6 (enam) anak sungai yang memberikan kontribusi aliran ke dalam alur Krueng Keureuto, sehingga menyebabkan puncak banjir yang tinggi di daerah hilir,” kata Menteri Basuki.
Dengan kapasitas tampung 215,94 juta/m3, Bendungan Keureuto juga dirancang untuk memiliki tampungan khusus banjir sekitar 30,39 juta m3 atau sebesar 501,49 m3/detik, sehingga mampu mengurangi debit banjir sampai dengan periode ulang 50 tahun di Kawasan Aceh Utara.
Di samping itu, Bendungan Keureuto juga akan difungsikan untuk menyediakan air irigasi yang mampu mengairi lahan seluas 9.420 hektar yang terdiri dari intensifikasi Daerah Irigasi (DI) Alue Ubay seluas 2.743 hektar dan ekstensifikasi DI Pasee Kanan seluas 6.677 hektar.
(FADLI)