Pati, Jawa Tengah – Mitrapolri.com
Dari hasil investigasi Tim media Buser dan Mitrapolri.com di lapangan terkait program P3-TGAI di desa Gajahmati kecamatan Pati kabupaten Pati di duga di rebut oleh kepala desa, Dan kelompok cuma di suruh melaksanakan untuk menghendel pekerjanya saja, di saat pencairan anggaran semua di minta sama kepala desa dan di hendel dan kelolanya.
Saat tim melakukan investigasi ada yang aneh saat tim media menemui kepala Desa Ibu sri lestari di kediamannya untuk klarifikasi mengenai pekerjaan proyek P3A yang ada di desanya,
Yang sebelumnya tim media mendapatkan informasi bahwa program P3A tersebut dari separuh pekerjanya berasal dari orang luar desa Gajahmati, tidak murni warga desa setempat di duga kepala desa juga menabrak aturan karena tidak sesuai dengan aturan yang sudah di tetapkan, bahwa program P3A tersebut sifatnya harus suakelola warga setempat.
Namu saat tim media menemui kepala desa ada sedikit kejanggalan karena saat kepala desa di tanya nama ketua kelompok yang mendapat program P3A dan tempat tinggal nya di mana , kepala desa bilang lupa nama ketuanya dan tidak begitu kenal, rumahnya pun tidak tau jawabnya, padahal ketuanya itu adalah seorang perangkat desa sendiri.
Karena merasa ada yang janggal setelah ketemu kepala desa akirnya tim media berusaha mencari tau nama ketua kelompok P3A kepada petani yang sedang berada di sawah sekitar pekerjaan, dan setelah mendapatkan informasi yang jelas dari warga tim media bergegas mendatangi kediamanya ketua kelompok P3A di dukuh tempel.
- BACA JUGA : Lapas Kelas IIA Pematangsiantar Rutin Melakukan Pembenahan, Menjunjung Tinggi Integritas dan Menjaga Kewibawaan Institusi
- BACA JUGA : Polres Tebing Tinggi Lakukan Sosialisasi Melalui Satgas 2 Preemtif Ops Patuh Toba 2022 kepada Masyarakat
- BACA JUGA : Bupati: Organisasi Olahraga Membutuhkan Orang yang Kerja Ikhlas
Saat di temui tim media di kediamannya Pranoto selaku ketua P3A menjelaskan dengan detail.
“Bahwa ketua dan anggota kelompok P3A tidak tau apa apa karena semua program P3A tersebut di kuasai oleh kepala desa. kelompok cumak di suruh mengerjakan dan menghendel pekerjanya saja masalah keuangan dan lain lain semua di hendel oleh kepala desa,” jelasnya
“Saya malah kaget kalau kepala desa mengatakan tidak kenal sama saya lupa nama saya dan tidak tau tempat tinggal saya aneh, dan saya sangat kecewa karena merasa tidak di akui oleh kepala desa,” ucap Pranoto dengan rasa penuh kecewa
Lanjut Pranoto dari awal kelompoknya mendapat program tersebut sudah di pesan oleh kepala desa bahwah program tersebut dia yang akan menghendel semuanya.
Pranoto juga sudah dapat masukan dari ketua kelompok P3A desa lain bahwa program tersebut hak mutlak kelompok P3A yang harus di jalankan sepenuhnya dan yang mengelola harus kelompok sendiri, kepala desa hanya berhak memantau perjalanan pekerjanya.
Pranoto menambahkan, “Saya hanya bawahan pak dia atasan saya karena dia kepala desa saya tidak bisa berbuat apa apa terkait program ini, karena saya sudah di pesan kepala desa dari awal program tersebut akan di hendelnya saya tidak bisa berkutik selaku bawahan akirnya dengan terpaksa saya cumak mengikuti aturan Bu lurah saja, karena kepala desa mengatakan kepada saya program tersebut katanya sudah menjadi kesepakatan antar kepala desa lain yang mendapat program P3A memang seperti itu semua,” ucapnya.
“Jadi setelah proses pencairan anggaran 195, 000, 000 pada saat pencairan termin pertama yang 70% dari bank terus saya antar ke balai desa bersama sekertaris kelompok pak uman dan saya serahkan semuanya, karena pesan dari awal seperti itu dan selanjutnya dalam pencairan termin kedua 30% pada hari jum”at kemarin saya serahkan semua di rumah kepala desa bersama pak sekretaris juga”, tutupnya.
(SUTARJO)