Aceh Utara, Aceh – Mitrapolri.com
Kenduri Blang adalah suatu upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh sebelum turun ke sawah, Senin 16 Mei 2022.
Kenduri dilaksanakan di lokasi kuburan dekat dengan areal persawaan petani, tradisi kenduri blang ini dilaksanakan oleh masyarakat desa kusus nya para petani yang berlokasi di desa Cotdah dan warga desa lainnya.
Di Desa ini terdapat satu Kejruen Blang yang sudah di bentuk karena didasarkan sumber aliran air yang mengairi sawah ke desa itu dari pompanisasi mesin pompa air milik Desa setempat.
Persiapan kenduri blang ini sangat sederhana, para ibu cukup membeli bumbu masak di pasar, bawa air 5 liter, bawa nasi yang dibungkus dengan daun (bu kulah) secukupnya, langsung mengantar nya.
Sebelum mencicipi ala khenduri yang sudah di sediakan, terlebih dahulu tradisi ini di awali dengan membaca doa keberkahan dengan taqziah bersama yang di pimpin oleh Ustad Tgk Tarmizi cotdah.
- BACA JUGA : Partangiangan PTMBB Se Jabodetabek-Banten Sukses, Bane: Membangun Masa Depan Manalu untuk Manalu Masa Depan
- BACA JUGA : DPW Nasdem Aceh Menerima Sertifikat dan Temu Kader di Sabang
- BACA JUGA : TMMD ke 133, Pertegas Sinergis TNI dan Polri di Kabupaten Purwakarta
Kata Ustad Tarmizi tradisi kheunduri Blang ini merupakan tradisi adat turun temurun dari pada nenek moyang kita dahulu yang tidak bisa dipisahkan setiap musim sebelum turun kesawah atau awal sebelum mulai menggarap tanah sawah wajib ada nya dilaksanakan khenduri blang dulu, ini untuk keberkahan rizki yang melimpah Allah berikan pada saat panen musim tiba nanti.
“Kemudian melakukan Tahlilan atau Samadiyah. Setelah selesai Samadiyah dibaca doa. Doanya agak panjang dan banyak yang berkaitan dengan harapan memperoleh rezeki dari hasil sawah. Setelah selesai Samadiah dan doa”, ujarnya.
Sementara Keuchik Cotdah Marzuki menjelaskan, Acara Kenduri Blang pada hakekatnya adalah berdoa semoga sawah yang dikerjakan oleh masyarakat dapat berbuah hasil yang diridhai Allah SWT dengan cara duek pakat (duduk untuk bermusyawarah) atau lebih memberikan semangat untuk melaksanakan peraturan tentang persawahan.
“Pantangan-pantangan yang berlaku selama sebelum turun ke sawah dan apa-apa yang harus dikerjakan masyarakat sebelum turun ke sawah. Beberapa tahapan yang dilalui sejak usai kenduri yaitu masa pantang selama 2 minggu, masa membajak tanah, masa menanam benih, masa seumula atau menanam padi, masa merawat dan menjaga hama dan masa keumeukoh atau panen”, katanya.
Berkaitan dengan apa saja yang dikerjakan pada masa pantang, dimana di masa pantang ini masyarakat yang memiliki sawah mengerjakan persiapan-persiapan yang dibutuhkan oleh sawah seperti, membersihkan Seuneulhop atau tali air yang memungkinkan seluruh sawah teraliri air dan membersihkan Lueng yang merupakan sumber air.
Acara duek pakat turun ke sawah ini lebih menjunjung persatuan dan kesatuan masyarakat di dalam bersawah, sehingga dapat menghasilkan panen yang baik karena dilakukan secara serentak.
Secara logika memang benar bahwa jika dilakukan sendiri-sendiri maka saat padi sedang ranum sudah dapat dipastikan hama-hama akan mengeroyoknya. Tetapi jika dilaksanakan serentak, maka padi akan menguning secara serentak, sehingga hama-hama akan tidak terkonsentrasi pada satu sawah.
Demikian prosesi acara Kenduri Blang yang merupakan suatu tradisi yang berlaku dalam masyarakat Aceh. Tradisi ini akan tetap diteruskan oleh generasi sekarang dan akan datang karena pada acara ini semua anak-anak, remaja dan pemuda ikut berpartisipasi, sehingga dapat dikatakan sebagai proses internasilasi budaya.
Liputan : ABDUL RAZAK