Sabang, Aceh – Mitrapolri.com |
Transparansi Tender Indonesia (TTI) mendesak APH mengawasi secara ketat Pembangunan Pergantian Jembatan Kr.Woyla HPS Rp.149,827 Miliar yang dimenangkan oleh PT. MARINDAKARYA UTAMA SUBUR Nilai Penawaran Rp.119,861 Milyar.
Perusahaan asal Samarinda Kalimantan Timur itu menang tender setelah membuang Rp30 Miliar. Pertanyaannya apakah mutu jembatan yang akan dibangun sesuai standar mengingat uang Rp30 Miliar sudah dipotong sewaktu ikut penawaran?
Penomena memenangkan Penawaran terendah yang dilakukan oleh Balai Pelaksana Pengadaan Barang dan Jasa Konstruksi (BP2JK) Provinsi Aceh dibawah kendali Dirjen Bina Konstruksi Kementrian PUPR sungguh sangat disayangkan, meskipun secara aturan masih membolehkan dengan memperhatikan kewajaran harga.
- BACA JUGA : Banjir Aceh: Sabang Turun Tangan Kirim Bantuan ke Lokasi Terdampak
- BACA JUGA : Seruan Keras Ketua Elang Tiga Hambalang, Pebriyan Winaldi Minta Kejagung Miskinkan Jimmy Mafia Hutan
- BACA JUGA : Sengketa Lahan Eks Kebun Jimmy (CV Makmur Jaya Sentosa): Legalitas KSO Sah, Preman Bayaran Masuk
Diketahui Pembangunan Jembatan tidak sama dengan pembangunan jalan atau peningkatan jalan, Material pembangunan jembatan sudah ditentukan 80% materialnya dari Pabrikan seperti Semen, Rangka Baja dan Besi cor semua harga nya sudah standar tidak bisa diotak atik. Makanya sangat heran ketika pembangunan jembatan anggarannya sudah dipotong Rp30 Milyar dari Pagu Rp.149,827 Milyar.
Pokja Pemilihan BP2JK Provinsi Aceh jangan hanya mencari posisi aman memenangkan nomor 1 tanpa menilai apakah harga yang ditawarkan sesuai dengan harga material di lokasi mengingat sebagian besar material yang dibutuhkan semua hasil industri, hanya kerikil dan batu saja yang tersedia di daerah selain itu semua hasil pabrikan.
APH diminta juga memriksa konsultan perencanaan apakah harga yang dibuat dalam RAB sengaja di naikkan atau lebih dikenal di MarkUp, jika harga sengaja dimainkan Konsultan Percana digolong dalam perbuatan melawan hukum yang berpotesi merugikan keuangan Negara.
sumber : Nasruddin Bahar (Koordiantor TTI)




